Stroke adalah penyebab kececatan dan kematian yang utama. Stroke
adalah gangguan fungsi saraf (kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara,
penurunan kesadaran) yang terjadi mendadak akibat gangguan peredaran
darah otak Data dari Organisasi stroke dunia (World Stroke Organization)
meyatakan bahwa kejadian stroke meningkat tajam di
negara-negara berkembang. Penelitian menunjukkan pula bahwa angka kematian dan kecacatan juga lebih tinggi di negara berkembang. Tingginya angka kejadian stroke baru dan kecacatannya di negara berkembang (seperti Indonesia) tidak dapat dilepaskan dari berkembangnya mitos yang salah di masayrakat tentang stroke.Berikut ini adalah mitos yang sering dijumpai pada masyarakat:
1. Stroke hanya terjadi pada usia lanjut
2. Stroke lebih sering pada laki-laki
4. Stroke tidak dapat dicegah
5. Stroke tidak dapat diobati
6. Stroke adalah akhir dari segalanya
negara-negara berkembang. Penelitian menunjukkan pula bahwa angka kematian dan kecacatan juga lebih tinggi di negara berkembang. Tingginya angka kejadian stroke baru dan kecacatannya di negara berkembang (seperti Indonesia) tidak dapat dilepaskan dari berkembangnya mitos yang salah di masayrakat tentang stroke.Berikut ini adalah mitos yang sering dijumpai pada masyarakat:
1. Stroke hanya terjadi pada usia lanjut
Faktanya: stroke dapat menyerang semua usia. Kejadian stroke paling
sering adalah pada usia diatas 50 tahun, namun stroke dapat menyerang
semua usia. Kejadian stroke pada anak pada umumnya disebabkan oleh
kelainan komponen darah dan pembuluh darah yang dibawa sejak lahir, dan
bukan terkait gaya hidup (kadar kolesterol darah tinggi, kegemukan, dan
merokok) seperti pada populasi dewasa.
2. Stroke lebih sering pada laki-laki
Faktanya: stroke menyerang perempuan dan laki-laki dengan proporsi yang
sama. Sebuah penelitian epidemiologi skala besar oleh Seshadri (2007)
bahkan mengungkapkan bahwa stroke lebih sering terjadi pada perempuan.
Kejadian stroke adalah 1 pada setiap 5 orang perempuan, dan 1 pada
setiap orang laki-laki. Angka kejadian stroke meningkat lebih dari 2
kali lipat pada perempuan yang memiliki tekanan darah > 140/90 mmHg.
Kejadian stroke pada perempuan meningkat tajam pada usia pasca
menopause. Hal ini terkait dengan hilangnya efek proteksi pembuluh darah
oleh hormon estrogen.
3. Stroke hanya dapat terjadi pada pencderita hipertensi
Faktanya : faktor risiko stroke bersifat multifaktorial. Faktor risiko
stroke yang idak dapat diubah adalah usia tua, jenis kelamin, ras, dan
riwayat keluarga stroke. Ada pula faktor risiko stroke yang dapat
dikendalikan yaitu: hipertensi, diabetes, merokok, dan kadar kolesterol
darah yang tinggi. Seseorang dapat saja memiliki tekanan darah yang
normal, namun memiliki faktor risiko stroke yang lain (diabetes,
merokok, dan riwayat keluarga stroke). Pada kasus demikian stroke tetap
dapat terjadi. Hipertensi merupakan faktor risiko stroke yang utama,
namun bukan merupakan satu-satunya faktor risiko stroke.
Faktanya : stroke dapat dicegah. Pencegahan stroke dimulai dengan
mengetahui faktor risiko stroke. Pengendalian faktor risiko stroke yang
utama adalah menurunkan tekanan darah, berhenti merokok, menormalkan
kadar kolesterol darah, dan menurunkan berat badan berlebih. Perubahan
pola hidup dengan lebih banyak mengkonsumsi buah dan sayur, menghindari
rokok, berolahraga, dan mengurangi stree sangat dianjurkan. Pada
kasus-kasus tertentu diperlukan pula intevensi obat-obatan untuk
mencapai tekanan darah dan kolesterol darah yang normal.
Faktanya : stroke dapat diobati. Pengobatan stroke yang optimal adalah
berpacu dengan waktu. Semakin cepat mendapat pertolongan yang memadai,
maka semakin besar kemungkinan terhindar dari kematian dan kecacatan
akibat stroke. Permasalahan yang muncul adalah kurang dikenalinya gejala
stroke. Batas waktu penanganan stroke yang optimal adalah 3-4,5 jam
pasca serangan. Stroke harus dicurigai pada kasus gangguan fungsi saraf
(kelumpuhan, kesulitasn bicaa, wajah perot, dan penurunan kesadaran)
yang terjadi mendadak. Pengobatan stroke yang optimal disesuaikan dengan
jenis patologi stroke (stroke sumbatan atau stroke perdarahan), maka
pasien stroke seyogyanya ditangani di RS dengan fasilitas pencitraan
(imaging) yang memadai (minimal CT Scan kepala). RS yang memadai
tersebut harus memberikan pelayanan stroke 24 jam sehari dan 7 hari
seminggu. Pasien stroke seharusnya dirawat di sebuah unit stroke yang
multi disiplin dengan tenaga kesehatan yang terlatih Penelitian
menunjukkan bahwa pasien stroke yang dirawat di unit stroke memiliki
angka kematian dan angka kecacatan yang lebih sedikit.
Faktanya : stroke bukanlah akhir dari segalanya. Angka kematian akibat
stroke bervariasi antara 20%-30%. Hal ini berarti bahwa akan ada 70%
orang yang selamat dari serangan stroke. Orang yang selamat dari
serangan stroke ini dikenal sebagai “the stroke survivors”. Para stroke
survivors ini memiliki derajat kecacatan yang bervariasi, mulai ringan
sampai dengan berat. Penanganan terhadap kecacatan tersebut memerlukan
tindakan rehabilitasi yang baik. Penelitian memperlihatkan adanya konsep
neuroplastisitas yang memungkinkan perbaikan fungsi saraf sampai dengan
6 bulan pasca serangan stroke. Waktu 6 bulan inilah yang harus dikejar
untuk mencapai pemulihan yang optimal. Para stroke survivors ini juga
harus terus menerus memperbaiki pola hidup dan mengkonsumsi obat secara
teratur untuk mencegah serangan stroke ulang.
Yang membangun Gan!