Ratusan kerangka manusia yang diduga keturunan manusia pertama dan tokoh
adat Mamasa pertama di Sulawesi Barat. Hingga kini kerangka itu masih
tersimpan rapi dalam sebuah kuburan kayu berbentuk patung kerbau atau
perahu yang disebut tedong-tedong minanga. Tedong-tedong minanga atau kuburan tedong-tedong yang terletak di Desa
Buntu Balla, Mamasa, ini, diperkirakan berusia
sekitar 400 tahun lebih. Memang tak banyak literatur yang bisa menjelaskan asal-usul dan filosofi keberadaan kuburan tedong-tedong yang kini diperlihara pemerintah setempat sebagai salah satu objek wisata tertua di Sulbar itu.
Namun salah seorang penulis berkebangsaan Belanda Ingeborg Gohlich menuliskan orang Toraja yang berkembang di Sulbar dahulu mengalami kecelakaan kapal setelah meninggalkan negara asalnya Kamboja. Reruntuhan kapalnya ditarik ke daratan dan dijadikan sebagai rumah hunian. Model perahu inilah yang banyak mempengaruhi bentuk rumah warga Mamasa.
Kuburan ini memang tidak lagi menerima jenazah baru untuk dikuburkan di lokasi ini. Kuburan berbentuk kerbau dan perahu yang sarat dengan filosofi hidup warga Mamasa kini menjadi salah satu situs budaya kebanggaan Sulbar.
sekitar 400 tahun lebih. Memang tak banyak literatur yang bisa menjelaskan asal-usul dan filosofi keberadaan kuburan tedong-tedong yang kini diperlihara pemerintah setempat sebagai salah satu objek wisata tertua di Sulbar itu.
Namun salah seorang penulis berkebangsaan Belanda Ingeborg Gohlich menuliskan orang Toraja yang berkembang di Sulbar dahulu mengalami kecelakaan kapal setelah meninggalkan negara asalnya Kamboja. Reruntuhan kapalnya ditarik ke daratan dan dijadikan sebagai rumah hunian. Model perahu inilah yang banyak mempengaruhi bentuk rumah warga Mamasa.
Kuburan ini memang tidak lagi menerima jenazah baru untuk dikuburkan di lokasi ini. Kuburan berbentuk kerbau dan perahu yang sarat dengan filosofi hidup warga Mamasa kini menjadi salah satu situs budaya kebanggaan Sulbar.